Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi Sleman Yogyakarta

Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi Sleman Yogyakarta

Kisah pengalaman santri putri pada era tahun 2000 an yang menceritakan situasi keadaan pesanren Mlangi kala itu.

pontren.com – assalaamu’alaikum, Alamat Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi adalah Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman Yogyakarta. Sedangkan untuk nomor telpon asrama Assalafiyyah I (0274)6499088 / 6499077. Pada saat ini pondok pesantren telah memiliki MTs dan MA tersendiri.

Pada zaman dahulu kala sekitar tahun 1997 santri Aliyah ada yang sekolah diluar pondok dengan jarak lumayan dan ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih selama 20-30 menit. Karena kalau nunggu angkot juga lama yang lewat).

Pondok pesantren ini berada dibawah yayasan yang bernama Yayasan Pesantren Assalafiyyah Mlangi.

Disini, berdasarkan penuturan alumni pondok yang pernah menghuni dan nyantri antara tahun 1997-1999. Dan santri tersebut pada waktu itu sekolah di MA luar pondok.

Beliau mengisahkan keseharian santri dari subuh sampai saat menjelang tidur (kisah ini berdasarkan keadaan untuk putri, bisa jadi ada perbedaan dengan kisah santri putra).

Dari kisah ini akan dicoba menggambarkan profil pesantren, aktivitas santri sehari – hari, keadaan kamar asrama serta fasilitas dan kegiatan penghuni pondok. Dan pada masa itu (1997-2000) jika ingin masuk pondok pesantren ini sudah ada tes ujian masuk.

Dahulu kala kisaran sanah 1998 jumlah santri putri pada kisaran 250 anak yang di tempatkan di kamar kamar yang agak luas. Santri mendapatkan fasilitas lemari dari pondok pesan tren (dipinjami?).

Akan tetapi jika menginginkan membawa lemari sendiri juga dipersilakan. Di pondok tersedia musholla santri putri dimana kegiatan sholat sunnah malam, sholat subuh, magrib dan isya diwajibkan jamaah disitu.

Santri yang mondok berasal dari berbagai umur. Antara berumur kisaran MTs, MA dan juga anak anak kuliah. Ada beberapa santri yang kuliah di UIN (Universitas Islam Yogyakarta maupun UNY (Universitas Negeri Yogyakarta.

Untuk pakaian keseharian, santri dilarang memakai kaos dan celana panjang, sehingga kalaupun pada waktu tidur malam, walaupun bobo menggunakan celana panjang tetap diharuskan memakai sarung.

Kegiatan santri dari subuh sampai tidur pondok assalafiyyah mlangi

Pada zaman itu dimulai jam 02.00 WIB (dinihari), para santri bangun untuk melaksanakan sholat. Yaitu dengan urutan sholat lail berjamaah, bisa sholat tasbih, sholat hajat, sujud syukur.

Yang menjadi imam adalah Ibu Nyai, jika beliau berhalangan maka digantikan oleh pengurus. Kemudian dilanjutkan sholat tahajjud sendiri sendiri.

Hal ini diwajibkan bagi semua santri.

Bagi para santri yang tidak bangun melaksanakan sholat sunnah waktu dini hari diberikan pendidikan (istilah keren di ta’zir) dengan cara membaca surat sambil berdiri (biasanya surat yasin?). Situasi ini pada waktu sekitar tahun 1997-2000. Entah saat ini bagaimana belum ada keterangan yang bisa di himpun.

Dilanjutkan dengan pelaksanaan sholat subuh. Sehabis sholat subuh diteruskan mengkaji kitab tafsir jalalain sampai dengan jam 6 pagi atau bahkan lebih.

Selesai mengaji tafsir, selanjutnya aktivitasnya adalah sarapan, mandi, dan persiapan untuk sekolah. Di pondok pesantren ada bangunan untuk kamar mandi. Akan tetapi kamar mandi ini hanya diperbolehkan untuk difungsikan sebagai toilet.

Tidak diperkenankan untuk mandi (pada saat tahun itu). Dimana para santri membersihkan badan dan mandi?

Mereka menyebutnya blumbang. Iya, mandi di blumbang. yaitu di kubangan/seperti kolah besar bak mandi alami yang terbentuk oleh alam. Kalau di pandang warnanya hijau, akan tetapi kalau diambil ternyata airnya jernih.

baca

Pondok Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, Kehidupan sehari hari santri berdasar kisah alumni

Kehidupan sehari hari di pondok Al Munawwir Krapyak Yogyakarta

Humor Santri mengajari suami belajar masak

Bagi santri putri yang mandi di blumbang pada memakai sarung, dilarang memakai kaos dan celana panjang.

Selain itu ada sekat antara blumbang putra dan putri, akan tetapi sepertinya ada juga anak laki yang iseng mengintip (katanya).

Selain mandi, kegiatan cuci pakaian juga dilakukan di blumbang ini. Kelebihan dari tempat mandi model blumbang menurut sang santri adalah jika mandi besar praktis, tinggal nggebyur slilem dalam blumbang, selain itu airnya mengalir sehingga keadaan air selalu berganti.

Awalnya diakui kalo melihat akan merasa agak bagaimana begitu, akan tetapi setelah mengambil airnya ternyata begitu jernih. Selesai mencuci santri menjemur pakaian di lantai atas.

Untuk sarapan, para santri mempunyai jadwal piket dalam memasak nasi. Masing masing kelompok terdiri dari 5 orang santri yang piket. Kelompok ini dibagi oleh pengurus pondok pesantren.

Pada waktu itu sang penutur masih menangi (mengalami) piket masak sayur bersama. Untuk lauk pauk, para santri bisa membeli di warung sekitar yang banyak bertebaran di lingkungan pondok pesantren.

Pada era sebelum tahun 2000, santri makan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan malam hari, siangnya diserahkan kepada masing masing untuk memenuhi kebutuhannya.

Selesai mengurus keperluan pribadi, para santri yang sekolah diluar berangkat ke sekolah masing masing. Sedangkan bagi santri takhashus melanjutkan pelajaran di lingkungan pesantren.

Pengalaman di waktu masa lampau santri sekolah di luar pondok, lokasi madrasah yang lumayan berjarak dengan pesantren menyebabkan beberapa kejadian dimana santri mengalami keterlambatan, apalagi jika mengaji tafsir selepas subuhnya molor.

Selepas pendidikan di sekolah umum atau madrasah, para santri kembali ke lokasi pondok pesantren, dan bisa istirahat dan aktivitas masing masing sampai dengan waktu asar.

Ba’da asar para santri mengaji nahwu sesuai dengan kelas masing masing (jurumiyah, imriti, alfiyah 1, alfiyah 2) sampai dengan jam 5. Kemudian persiapan makan malam.

Umumnya bagi santri tahfidz yang tidak kuat banyak yang tidak mengikuti kegiatan diniyah karena sudah banyak menanggung beban berat menghafal kitab suci.

Kegiatan selanjutnya berupa sholat magrib berjamaah di musholla putri dan diikuti mengaji bersama Ibu nyai. Bagi santri yang uzur maupun kondisi haid membaca ziba’ sendiri sendiri sampai selesai (sak rampunge jare sik crito).

Sampai waktu isya santri berjamaah kembali. Kemudian dilanjut dengan mengaji.

Dalam kegiatan mengaji malam ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama atau jam pertama adalah mengaji bandongan kitab kuning, jam kedua jawab santri ngaji lagi lupa aku ngaji opo. 🙁

Jam 10 malam atau jam 22.00 WIB merupakan waktu bagi santri yang belum mendapatkan giliran mengaji sorogan dipagi hari. Sorogan ini disimak oleh ustad-ustadzah, bukan santri senior. Selanjutnya adalah hafalan nadhom sampai dengan jam 11 malam. Bocan. (bobok cantik memakai sarung)

Begitulah kira kira kegiatan santri dari mulai bangun pagi sampai sampai dengan tidur.

Hukuman di pondok pesantren

Demi ketertiban dan tegaknya santri dalam mematuhi aturan guna menjadi insan yang sholihah berguna bagi agama dan negara, ada beberapa aturan yang merupakan punishment bagi yang melanggar, istilah di pondok ini disebut dengan ta’zir.

  • Tidak mau jamaah – di suruh mengaji sambil berdiri (biasanya surat yasin dan beberapa surat pendek)
  • Mencuri – di sidang sampai dengan dikeluarkan
  • Yang yangan alias pacaran – di sidang sampai dengan dikeluarkan

Catatan unik menarik di pondok pesantren Mlangi

Waktu itu di sekitar banyak konveksi, santri putri yang takhashush ada yang bekerja di luar pondok, menjahit mukena, kaos dagadu ataupun menjadi PRT. Waktu yang di ambil untuk samben ini adalah setelah kegiatan pagi sampai dengan jam 4 sore.

Kegiatan rutin selain kegiatan harian.

Selain kegiatan sehari hari, ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh santri, diantaranya ziarah ke makam Kyai Nur Iman Mlangi yang terletak di belakang patok negoro, entah di hari apa yang jelas ada rutinitasnya.

Sedangkan pada malam jumat, kegiatan rutin yang dilakukan adalah berjanjen.

Walaupun tidak ada kegiatan rutin latihan pidato, akan tetapi pernah dilaksanakan lomba pidato yang mana akan berguna nanti jika terjun di masyarakat. Sedangkan untuk bimbingan qiroah pun juga tiada. Akan tetapi ada saja mereka yang bersuara indah jika diperlukan untuk menjadi qoriah siap sedia dalam mengemban tugas.

Begitulah sekilas tentang profil pondok pesantren Assalafiyyah Mlangi Sleman Yogyakarta berdasarkan penuturan seingatnya dari salah satu santri yang pernah mondok disana dan sangat mencintai pondoknya. Rencananya beliau juga ada gambaran untuk memondokkan anak disana.

Sekedar catatan untuk menghindari kesalahpahaman, keadaan yang ditulis diatas adalah gambaran pada tahun 1997-2000 dan sangat dimungkinkan ada perubahan kondisi atau peraturan serta situasi yang berbeda dengan kondisi seperti yang ditulis diatas.

Jika ada keberatan maupun saran bisa menghubungi lewat email blog ini.

Terima kasih kepada nara sumber, semoga memberikan manfaat dan semangat bagi calon santri maupun wali santri serta bisa memberikan sedikit informasi yang dibutuhkan jika ada yang menginginkan.

Tentang

Santri kelas 1 PKPPS Wustha pada Pondok Pesantren Darul Mubtadi-ien Kebakkramat Karanganyar

0 Comments on “Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi Sleman Yogyakarta

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    *