7 Kendala yang dihadapi Madrasah Diniyah Takmiliyah
Kendala yang dihadapi oleh lembaga madrasah diniyah takmiliyah beserta pengelola termasuk didalamnya Kepala Madin, Guru ustadz ustadzah dan organisasi KKG MGMP MDT baik pada jenjang awaliyah wustha maupun ulya.
pontren.com – assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, selamat malam saudara sebangsa dan senegara, pada saat ya minta kiriman file tentang MGMP dan KKG Madin kepada beliau pak RT di salah satu tempat bernama Kabupaten Grobogan, dikirimlah satu bendel untuk dapat dibaca dan disimak.
Baca;
Ketentuan dan Pembentukan KKG Madin #
Langkah Pembentukan organisasi MGMP Madin #
Komponen & Kelengkapan Madrasah Diniyah Takmiliyah Unggulan #
Dalam salah satu file PPT yang memiliki judul revitalisasi peran dan fungsi Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah, dalam salah satu slide ini terdapat informasi mengenai kendala yang menjadi penghambat usaha revitalisasi.
Ketujuh hambatan ini berdampak pada stagnan perkembangan madin baik dari segi kualitas pengelolaan serta mutu dari santri lulusan MDT.
Adanya jalan ditempat dalam hal kualitas pendidikan dan juga guru pengajar secara umum akan menghasilkan mutu lulusan yang relatif berkualitas sama dari tahun ketahun alias tidak ada peningkatan.
Berikut adalah ketujuh masalah atau kendala yang menghambat revitalisasi peran dan fungsi dari Kelompok Kerja Guru pada madrasah diniyah takmiliyah.
Tidak ada yang memulai
Ketiadaan inisiator untuk membentuk atau memaksimalkan fungsi dari KKG madin menjadikan tidak terbentuknya organisasi Kelompok Kerja Guru MDT, dampaknya adalah lembaga tidak memiliki saling tukar informasi melalui pertemuan guru.
Dampaknya lembaga akan berjalan masing masing kurang mendapatkan informasi yang baik perihal pengelolaan ataupun cara dan kiat mengajar dari lembaga lain yang memiliki tips manjur dalam siasat guru mengajar.
Tidak terjangkau
Bagi lembaga madin yang jauh dari akses lembaga yang lain (terpencil misalnya) atau berada di wilayah kepulauan yang terpisahkan perairan menjadikan kesulitan yang sangat untuk menjangkau ataupun dijangkau.
Keterbatasan akses sillaturrahmi dengan pengasuh yang lain berdampak kegiatan belajar mengajar tidak meningkat dengan cara mendapatkan informasi dari guru yang lain secara intensif dan komprehensif disertai analisa yang matang.
Para pengasuh atau pengajar hanya mengandalkan kemampuan diri dan model pembelajaran atau tata cara peninggalan dari para pendahulu mereka.
Tidak punya biaya/dana
Sudah menjadi rahasia umum bahwa lembaga madrasah diniyah takmiliyah akan sangat kecil anggaannya dibanding dengan sekolah umum maupun madrasah pendidikan formal.
Ketiadaan anggaran berakibat pengurus sungkan untuk mengundang peserta sehingga kegiatan pertemuan ataupun yang memerlukan dana menjadi batal karena keuangan yang tidak ada.
Ketiadaan kegiatan menjadikan kegagalan peningkatan mutu secara menyeluruh baik segi administrasi lembaga, kualitas guru, mutu lulusan maupun standar pendidikan Madin yang tidak meningkat.
Tidak merasa perlu
Adapula diwaktu organisasi KKG berjalan dengan baik, ada pengelola baik itu kepala madin maupun jajaran ustadz ustadzah yang tidak merasa perlu dengan KKG, beberapa alasan yang mengemuka biasanya karena sibuk, pertemuan yang monoton, lembaga dikuasai perorangan atau kelompok tertentu sehingga kurang berminat aktif dalam KKG Madin.
Efeknya peningkatan kualitas guru yang relatif sangat lambat atau bahkan tidak ada perkembangan secara metode dan keilmuan karena ketidakmerasaperluan dari jajaran pengelola madin dampak dari kurang info maupun tips kiat kegiatan belajar mengajar maupun pengelolaan.
Juga sangat dimungkinkan ketinggalan informasi dan macam standar pelayanan minimal membuat lembaga yang biasa saja semakin biasa, alias acakadut asal santri masuk, guru mengajar, pulang. Tidak ada embel embel manajemen kegiatan bulanan semesteran ataupun tahunan.
Tidak ada waktu
Sangat dimungkinkan pengasuh atau pengelola maupun guru madin mempunyai kegiatan yang lain diluar mengurusi lembaga pendidikan MDT, entah awwaliyah, wustha, ulya maupun aljamiah.
Dengan seabreg kegiatan dan aktivitas yang dimiliki terpaksanya sang guru akan mengalami ketinggalan kereta baik dalam hal informasi maupun ketentuan pemerintah tentang madin baik melalui Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri Agama (PMA).
Yang namanya ketinggalan info ya begitulah dampaknya, madin menjadi tidak maksimal dalam pencapaian kualitas.
Tidak ada kemampuan
Dengan perkembangan teknologi informasi dan berbagai teori pendidkan yang beraneka ragam, ada sebagian kalangan yan gaptek dan ketinggalan berita, ketidakmampuan ini juga bisa melanda dalam hal kurang ahli dalam manajemen lembaga.
Gaptek, kurang info dan skill manajemen yang kurang maka hasil yang didapat adalah kegiatan madin yang seperti itu dari tahun ketahun (jika madin nya aktif) tiada inovasi peningkatan kualitas dengan melakukan perubahan yang positif (misalnya mengujikan pembelajaran selama satu semester dengan kegiatan ujian semesteran).
Tidak ada KEMAUAN
Nah ini yang berasal dari diri sendiri kalangan pengelola maupun guru ustadz ustadzah, dimana ada yang menyadari pentingnya melakukan inovasi maupun penguatan organisasi Madin.
Kesadaran dan pengakuan perlunya pengelolaan yang baik ini bisa jadi hanya pada taraf mengakui, tapi tidak ada tindakan kongkrit dan nyata guna mewujudkan kualitas TPQ yang baik.
Kenapa sadar tapi lembaga tetap stagnan?
Ya karena memang ketiadaan kemauan dari pihak pihak terkait untuk berperan serta dan aktif dalam pengejawantahan berbagai teori maupun aturan dan ketentuan baik dari Peraturan pemerintah, peraturan Menteri Agama maupun dari Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam.
Penutup
Itulah ketujuh hal sebagai penghambat peran dan fungsi kerja guru yang berdampak pada perkembangan dan peningkatan kualitas mutu Madin alias madrasah diniyah takmiliyah menurut versi dari file rekan saya.
Demikian, wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Tinggalkan Balasan