Masalah yang dihadapi dalam Pembelajaran Alquran pada TPQ

problematika-pembelajaran-alquran-jangan-pernah-menyerah

Masalah Pembelajaran Alquran pada TPQ
pontren.com – yang namanya lembaga pendidikan dengan sifat sosial tentunya mengalami kendala maupun masalah sehingga membuat pembelajaran alquran menjadi tersendat tidak mencapai target yang dicanangkan.

Apa sih masalah? Apa sih problematika? Ada yang mengatakan bahwa masalah merupakan pernyataan dari keadaan yang belum sesuai dengan harapan. Dengan begitu maka maksud dari masalah pembelajaran alquran adalah suatu keadaan dimana pembelajaran alquran masih belum sesuai dengan yang diharapkan karena berbagai sebab.

Disinilah akan kita obrolkan apa saja masalah yang menghantui TPQ sehingga menjadi problematika dalam pembelajaran Taman Pendidikan Alquran atau TPA.

Secara garis besar, masalah dapat dipetakan menjadi masalah Pengajar, masalah Manajemen, Masalah Komunikasi dengan takmir masjid dan tokoh masyarakat, masalah anak didik/santri dan orang tua.

Yang pertama adalah masalah tentang pengajar. Koq bisa ustadz menjadi masalah? Maksudnya adalah situasi yang menimpa pada para pengelola TPQ ini menyebabkan problem dalam pengajaran alquran.

Adapun yang umum terjadi adalah;

Kemampuan Pengajar yang kurang mumpuni dan tidak ada usaha untuk meningkatkan kompetensi diri.

Regenerasi pengajar yang tidak terpola dan tersusun rapi. Bersifat asal comot atau siapa saja yang mau dan minat mengajar.

Rawan ditinggalkan guru pengajar. Diajar oleh mereka yang rawan meninggalkan kegiatan mengelola TPQ, maksudnya adalah biasanya yang menjadi guru TPQ yaitu para anak SMA yang sebentar lagi kuliah atau bekerja sehingga meninggalkan tempat mengabdi pada TPQ, atau pengangguran maupun lulusan sarjana yang sewaktu waktu diterima bekerja sehingga juga meninggalkan pekerjaan, juga gadis gadis yang dirumah disaat dipinang tentunya akan mengikuti suaminya.

doa memakai baju baru
ilustrasi guru TPQ

Koordinasi antara guru yang kurang maksimal atau tidak baik bahkan sampai pada tara tanpa koordinasi, sehingga materi pembelajaran tidak runut dan asal sebisanya pengajar.

Selanjutnya mengenai masalah administrasi, dimana TPQ yang masih biasa saja hanya melakukan kegiatan belajar mengajar melulu tanpa adany evaluasi pembelajaran baik melalui ujian tengah semester atau semesteran.

Juga ketiadaan data santri baik buku induk termasuk piagam atau sertifikat ijazah tanda kelulusan belajar mengaji tak pernah nampak diberikan.

Apalagi sampai pada taraf melakukan pengadministrasi surat keluar masuk, buku tamu, inventaris lembaga dan buku kegiatan santri.

Masalah Komunikasi dengan takmir masjid dan tokoh masyarakat ini berimbas kepada pendanaan lembaga dimana tanpa adanya komunikasi, kebanyakan TPQ tak mendapatkan alokasi dana dari
Takmir masjid, meskipun kegiatan belajar mengajar TPQ dilaksanakan di emper halaman maupun serambi masjid.

jadi memang sebaiknya segera pengelola TPQ untuk melakukan komunikasi agar lembaga memiliki kas guna berjalannya kegiatan belajar mengajar yang lebih baik karena dapat melakukan pembelian ATK melalui kucuran dana takmir atau SPP santri atas inisiatif takmir masjid yang memberikan wawasan perlunya penganggaran TPQ kepada wali santri.

Perbedaan usia, strata sosial, maupun materi antara pengelola TPQ dengan para tokoh pembesar masjid membuat pengurus TPQ merasa minder sangat kecil yang berakibat pada ketidakberanian melaporkan atau memberitahukan kondisi kebutuhan dana pada TPQ.

Dan masalahnya juga aneh, kenapa takmir masjid terlalu semangat membangun fisik tapi begitu sangat mengabaikan pendanaan TPQ, memangnya besok siapalagi yang akan meramaikan dan memakmurkan masjid? Sepertinya ada ketidakseimbangan antara visi pembangunan fisik dengan misi memakmurkan masjid.

Masalah orang tua dan santri terjadi ketika orang tua mengabaikan agama sebagai kebutuhan utama dalam hidup. Berakibat kepada lemahnya dorongan dan semangat untuk membuat anak dapat mengaji dengan baik.

Problem pada anak yaitu capek sekolah seharian sehingga jika mengaji lagi akan hanya menganggap sebagai beban tambahan dan berpikir serta mengurangi waktu untuk bermain.

Dan jika dijabarkan tentang problem orang tua dan anak akan melebar kemana mana misalnya minat dan bakat serta obsesi orang tua terhadap pendidikan umum sehingga memilih les pelajaran dibanding TPA.

problem analisa solusi pembelajaran alquran
ada masalah, dianalisa, cari solusi, laksanakan

Solusinya bagaimana? Solusinya ya bergerak melakukan perubahan. Cara melakukan perbaikan TPQ yaitu dengan praktek apa saja ilmu yang anda miliki baik melalui membaca atau pelatihan.

Bisa dimulai dengan membuat rancangan buku raport maupun mengumpulkan soal ujian untuk TPQ, mengawali membuat absen daftar hadir santri, dan administrasi lain yang dapat dikerjakan.

Kemudian melakukakan komunikasi dengan para takmir masjid serta tokoh masyarakat mohon doa restu sekaligus bimbingan dan support dalam mengelola TPQ, jangan lupa selipkan RAB pembelajaran santri dalam 1 tahun. Atau minimal 1 semester lah.

Mengenai minat orang tua dan anak, ini perlu inovasi atau pembuktian oleh lembaga TPQ lewat pengasuhnya bahwa belajar di TPQ merupakan hal yang penting.

Bagaimana caranya? Orang akan melihat hasil kongkrit dari suatu hal, jika TPQ maka hal yang nampak apakah yang dapat di hasilkan TPQ?

Anda dapat membuat program hafalan, membaca alquran dengan tahsin, membuat santri memiliki kebiasaan yang baik dan disukai orang tua

misalnya anak diharuskan salim kepada bapak ibu sebelum berangkat TPQ, atau anak dapat membiasakan diri mengaji secara rutin ba’da magrib, atau anak berubah menjadi berkata yang lebih sopan kepada orang tuanya.

Itulah senjata utama guna menarik minat orang tua atau masyarakat. (menurut saya).

Itulah garis besar mengenai problematika pembelajaran alquran pada Lembaga Pendidikan Alquran yang banyak didapati pada TPQ baik dikota maupun didesa. Kalau tempat anda bagaimana?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *