Analisa Sebab Santri Pondok Pesantren Salaf Sukses

santri salafiyah roudlotul mubtadiin (ilustrasi)

Analisa seorang dosen sebab kenapa seorang alumni dari pondok salaf bisa sukses dalam berbagai bidang
Pada saat mengikuti pelajaran mata kuliah ulumul qur’an yang disampaikan oleh seorang dosen yang bernama Mujiburrahman, S.Pd.I., M.Pd.I.

pontren.com – assalaamu’alaikum, penyampaiannya analisa ini beberapa hal terkait dengan tugas kelompok dan judul untuk masing masing grup pada masa dulu aktif kuliah.

Sambil mahasiswa mencatat judul dan rekan yang menjadi kelompok membuat tugas, sang dosen melontarkan sebuah wawasan terkait metode pendidikan pondok pesantren salaf. Selanjutnya memberikan gambaran umum tentang santri salaf dalam kegiatan belajar.

Dua hal yang menyebabkan alumni ponpes salafiyah sukses

kunci-sukses-mengajar-TPQ
neng geulis

Seseorang dianggap sukses atau “menjadi orang” dengan berbagai parameter. Adapun beberapa hal yang menjadi parameter orang sukses diantaranya adalah :

  1. Memiliki jabatan
  2. Sukses secara karier
  3. Kedudukan terpandang pada masyarakat
  4. Kekayaan harta benda
  5. Pintar atau cerdas pada suatu disiplin ilmu
  6. Sukses mendidik anak
  7. Berkehidupan yang tenang dan dipandang sakinah

Merupakan hal yang mengejutkan dimana dengan kesederhanaan fasilitas serta metode yang dianggap lawas atau kuno serta tidak kekinian.

Banyak sekali alumni pondok salaf yang menjadi “orang”. Berdasarkan fakta diatas, kemudian beliau berpendapat bahawasanya ada 2 hal yang membuat santri pondok pesantren bisa sukses menjadi orang.

  • Faktor Barokah
  • Faktor Memaksa

1. Faktor Barokah

Dengan kondisi fasilitas yang umumnya sederhana serta serba terbatas.

Kemudian metode pembelajaran yang masih klasik (bagi yang nyinyir mengatakan kuno, puritan atau ketinggalan zaman).

Dan juga pelajaran yang di berikan berkisar pada kitab klasik, secara nalar akan sulit bersaing dengan sumber daya manusia zaman sekarang keluaran dari SD internasional atau SMP Negeri maupun SMA milik pemerintah yang mentereng.

Pada kenyataan yang terjadi banyak keluaran dari pesantren salafiyah yang ikut dalam persaingan dalam berbagai hal dengan alumni dari SD SMP SMA dari berbagai penjuru Indonesia.

Walaupun bermodal pendidikan sistem klasik dan penekanan pada pelajaran kitab kuning, ternyata santri dari pesantren salaf juga mampu menjadi pesaing yang di perhitungkan dan adakalanya mampu memenangkan kompetisi.

baca :

Analisa yang dipakai dosen tersebut adalah adanya faktor X.

Dimana secara teknis analisa akal tentunya lulusan pesantren yang menggunakan metode bandongan sorogan ataupun wetonan akan keok dalam kehidupan dengan mereka yang diberikan pendidikan menggunakan metode modern, terbaru bahkan model internasional.

Faktor X tersebut dianalisa adalah sebuah keberkahan.

keberkahan ini bisa disebabkan dari banyak faktor atau gabungan dari berbagai faktor yang ada. Adapun beberapa faktor yang bisa memicu keberkahan diantaranya adalah :

  • Keikhlasan Kyai dalam mendidik mengajar dan mendoakan para santri
  • Keikhlasan dan qonaah santri ponpes salaf dalam menimba ilmu
  • Akhlak yang baik para santri dalam menghormati kyai dan menimba ilmu
  • Restu orang tua kepada anak-anaknya yang belajar di pondok pesantren salafiyah.

2. Faktor Memaksa

allahumma semangat
kata teman saya yang bernama Sholikatun menyebutkan “Allahumma Semangat”

Faktor kedua yang dikemukakan oleh pak dosen adalah faktor memaksa.

Yang dimaksud memaksa ini adalah keadaan dimana pondok pesantren memaksa santri untuk melakukan sesuatu dalam pembelajaran.

Memaksa disini dalam artian positif. Dimana kondisi memaksa ini tersistem secara halus bagi santri pondok pesantren baik yang tinggal pada kobong di pondok maupun santri kalong.

Adapun beberapa hal memaksa santri pondok pesantren yang bisa menjadikan penunjang sukses diantaranya adalah :

A. Syarat ujian adalah tidak ada kitab yang bolong makna

Salah satu kegiatan dalam bandongan atau ngaji kitab kuning adalah ngapsahi.

Pada sebagian pondok pesantren mensyaratkan ketidakbolongan makna pada kitab yang diajarkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian.

Akan tetapi ketidakbolongan ini bukan hal yang menyebabkan santri tinggal kelas atau tidak naik.

Lha akan tetapi bagaimana bisa naik kalau ujian saja tidak ikut? 😀

Dengan adanya syarat tersebut sang dosen mengisahkan bahwa sehari atau dua hari sebelum ujian.

Banyak santri yang sehari semalam memberikan makna pada kitab pelajaran supaya penuh tidak ada yang bolong.

Dengan ngapsahi kitab tanpa bolong menjadikan mental santri yang telaten, pantang menyerah serta mental baja dan pantang menyerah yang berguna untuk kehidupan bermasyarakat.

B. Syarat naik kelas harus hafal suatu nadzom atau qur’an atau yang ditentukan oleh pesantren

Jika tadi syarat mengikuti ujian adalah ngapsahi secara penuh kitab yang sudah diajarkan, maka salah satu syarat naik kelas adalah sudah hafal suatu tugas yang telah ditentukan.

Umumnya berupa nadzom ilmu alat (semisal imrity, alfiyah) atau tahfidz alquran.

Saat ini merupakan hal yang mengejutkan jika ada anak yang sampai tinggal kelas, orang akan bertanya sampai seberapa bodoh kok tidak naik kelas?

Akan tetapi di kalangan pondok pesantren salafiyah, tinggal kelas merupakan hal yang lumrah dan bukan hal mengejutkan

C. Memaksa taat aturan dengan hukuman yang bikin ciut nyali

Pak dosen mengatakan bahwasanya pesantren seperti kerajaan kecil.

yang mana peraturan dibuat untuk mendidik santri serta demi kebaikan bersama.

Walaupun kadangkala didalam menegakkan aturan bisa disebut melanggar HAM.

Bagaimana HAM mau memprotes? Mereka saja tidak bisa masuk ke dalam kompleks pondok pesantren 😀 Contoh hukuman yang dikemukakan adalah berdiri semalaman sampai dengan datangnya waktu subuh.

santri taat aturan pondok pesantren

Hukuman ini diberikan kepada santri yang melanggar peraturan tertentu.

Pada saat selesai menerima hukuman berdiri tersebut pak dosen mengatakan bahwa kaki serasa mengayuh becak berpuluh puluh kilo dan mrengkel dimana mana.

Lha kenapa tidak berani sejenak duduk atau sekilas mengistirahatkan kaki?

Dijawab bahwasanya kalau berani duduk sebentar maka kaki akan di sabet dengan duding atau pemukul panjang sebesar pegangan kemoceng.

Sehingga kalau berani nekat duduk maka akan sakit di pukul dengan bambu yang biasanya dipakai untuk ndudingi kalimat pada board. Lha memang siapa yang memukul?

Ya petugas jaga yang mengawasi para terhukum 😀

Saat paling menyenangkan disaat menerima hukuman tersebut adalah waktu terjadi pergantian penjaga para terhukum, pada waktu itu ada jeda waktu sejenak untuk mengistirahatkan kaki sejenak. 😀

Dengan adanya hukuman yang mantab tersebut akan membekas kepada santri tentang kedisiplinan, bukan dendam yang diingat.

Dimana perbuatan ada konsekuensi, dan dengan begitu menjadikan santri pondok pesantren salafiyah bisa berhitung untuk bertindak dan akibat yang nanti akan terjadi atau diterima.

Itulah analisa seorang dosen ulumul qur’an terkait faktor alumni pondok pesantren salafiyah sukses di kancah kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *