Problem Ustadz Pengasuh Pondok Pesantren Menghadapi Kenakalan Santri

kenakalan santri

Problem ustadz pengasuh Pondok Pesantren terhadap Kenakalan santri
Pontren.com – suatu masa saya pernah bersua dengan guru lembaga pendidikan dengan model asrama, dimana beliau sebelumnya pernah mendapatkan tugas sebagai musyrif atau pembina
asrama pondok pesantren di daerah Surakarta atau Kota Solo.

Dalam obrolan ini merembet kepada pembicaraan mengenai pengalaman beliau berkumpul dengan pengajar yang lain dari berbagai penjuru wilayah Indonesia, baik pulau sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan berkumpul tersebut terjadi tukar pengalaman dan pembicaraan mengenai masalah kenakalan santri pondok pesantren yang harus dihadapi oleh para pembina pesantren atau asrama maupun boarding school.

Dari kesimpulan beliau ternyata masalah yang dihadapi memiliki pola yang sama dan permasalahan yang mirip itu itu saja walaupun dari berbagai pesantren atau asrama yang berbeda wilayah maupun lingkungan budaya yang berbeda.

Pengertian kenakalan santri

Secara bahasa, kenakalan santri terdiri dari 2 kata yaitu kenakalan dan santri.

Kenakalan adalah tingkah laku secara ringan yg menyalahi norma yg berlaku dalam suatu lingkungan atau masyarakat. dalam Bahasa Inggris disebut dengan juvenile delinquency yang berakar dari kata junevile = anak-anak, dan delinquere = terlupakan.

Sedangkan santri dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah orang yang sedang menuntut ilmu agama Islam. Hanya sampai disitu saja pengertian santri menurut KBBI.

Dengan begitu, kenakalan santri dapat didefinisikan sebagai tingkah laku yang menyalahi aturan tata tertib dan norma yang dilakukan oleh orang yang belajar dan menuntut ilmu pada pondok pesantren.

Penyebab Kenakalan santri

Jika menilik tentang santri yang melakukan perbuatan melanggar norma pesantren, dapat disebabkan karena beberapa faktor atau beberapa faktor yang berada dalam satu orang anak yang mengalami

Contoh penyebab santri nakal di pesantren yaitu;

  • Sudah bandel semenjak sebelum belajar di pesantren, atau memang merupakan sifat pembawaan anak yang nakal
  • Anak tidak betah atau tidak kerasan belajar di pondok pesantren
  • Memilih teman yang salah dalam pergaulan baik pada saat liburan di rumah atau di pesantren
  • Mencari jatidiri ingin eksis dan menampakkan diri dan mendapatkan pengakuan dari teman sejawat padahal tidak memiliki keunggulan prestasi sehingga jalan “santri pemberani” yang melanggar aturan dan tata tertib menjadi cara praktis untuk menjadi jalan keluar.

Macam macam kenakalan santri yang dihadapi pengasuh pesantren

Berikut adalah perbuatan yang lumrah dihadapi oleh pengasuh pondok pesantren yang menjadi Pe er bagi pengasuhnya.

Adapun problem yang umum dihadapi oleh para pengasuh pondok pesantren ini diantaranya adalah ;

Masalah Kepemilikan HP santri

masalah-handphone-di-pesantren

Saat ini para santri yang antik dengan berbagai cara menyelundupkan barang komunikasi ini utamanya smartphone android ke pesantren walaupun sudah mengetahui larangan mengenai ketidakbolehan membawa handphone atau peralatan elektronik.

Dampak kepemilikan barang yang dilarang pada pesantren ini yaitu anak anak melakukan komunikasi ataupun bermedia sosial dengan siapapun yang dia mau sehingga fungsi asrama sebagai tempat karantina dalam pembentukan akhlak dan lokasi belajar menjadi tidak steril dari pengaruh dunia luar yang adakalanya bersifat negatif.

Juga bahaya santri membuka konten konten terlarang utamanya wanita dengan body heboh yang tanpa sehelai benang menutupi kujur badan menjadi bukan hal mustahil jika memegang telfon pintar model android atau windows phone.

Banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh handphone ini jika santri dapat menyelundupkan dan sembunyi sembunyi menggunakannya, termasuk berhubungan dengan lawan jenis yang dahulu dapat difilter bagian keamanan karena sortir surat, akan tetapi hampir mustahil terhalang jika hape dapat diselundupkan.

Problem santri tidak krasan dan suka kabur dari pesantren

santri-kabur

Dari sekian banyak ratusan atau ribuan santri yang belajar di pesantren yang tidak betah belajar di pondok, menjadikan anak didik ini sering kabur dari kompleks pondok tanpa izin dari pihak yang berwenang (ustadz atau pak kyai misalnya).

Berdasarkan tujuan kabur santri ini dapat dipetakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut;
Kabur pulang ke rumah, bagi santri yang lokasi rumah terjangkau dari pondok, biasanya melarikan diri dengan pulang menuju tempat tinggal orang tuanya atau saudara yang dekat semisal paman atau kakek neneknya.

Kabur ke tempat teman, umumnya hanya mengikuti ajakan rekan yang pengen pulang karena kangen kepada orang tuanya sehingga ikut ikutan menemani kepulangan rekannya yang kabur dari pesantren.

Kabur ke tempat hiburan misalnya mall, bioskop atau kost rekan, santri yang rumahnya jauh atau dimarahi orang tuanya jika pulang kerumah tanpa mendapat izin dari pesantren biasanya akan kabur menuju tempat yang merupakan hiburan baginya, biasanya ke mall, bioskop, tempat kost temannya atau bahkan mengunjungi pacar alias sang kekasih.

Kabur tanpa arah tujuan yang penting keluar dari kompleks pesantren, adapula santri yang keluar dari lokasi pemondokan tanpa arah yang jelas, yang penting dia bisa melarikan diri dari pesantren meskipun jalan kaki tanpa arah yang jelas. Yang penting dia merasa fresh bebas tidak berada di pesantren.

Masalah pacaran dan berkomunikasi dengan lawan jenis tanpa keperluan yang jelas

santri-pacaran

Pesantren yang baik biasanya memisahkan antara anak laki laki dan perempuan dan meminimalisir hubungan antar santri yang berlawanan jenis tanpa ada keperluan yang urgen dan jelas.

Akan tetapi namanya anak remaja, tetap saja ada yang berakrobat supaya memiliki pacar, entah bagaimana caranya berkomunikasi, kalau sekarang tentunya dapat janjian dimana dengan mengunjungi warnet atau cara canggih pura pura rapat dan entahlah namanya juga anak remaja.

Jika anda pernah menjadi santri tentunya anda akan mengetahui obrolan anak cowok yang mengomentari kecantikan atau kemanisan santri putri, atau sebaliknya, anak anak perempuan pondok pesantren yang ngrumpi kegantengan dari santri putra bahkan ustadz yang masih muda dan keren.

Pesantren mana sih yang tidak mengalami problem ini? Walau begitu tentunya hal ini tidak dibiarkan dan ada upaya mitigasi kecenderungan santri remaja yang ingin memiliki kekasih atau bahkan pacaran.

Problem bully dan sidang gelap santri

Umumnya pada sekolah yang berupa asrama dan banyak orang, ada sekelompok anak yang nakal membentuk kelompok, dan ada juga macam santri yang lugu kalem bahkan model santri yang nyebelin menjengkelkan.

Dari kombinasi berbagai macam sifat anak didik ini memunculkan masalah bullying karena keluguan atau sifat santri yang menjengkelkan oleh santri lain.

Adapula sidang gelap yaitu melakukan pengadilan secara sepihak oleh sekelompok santri diluar kewenangannya, hal ini bisa terjadi karena berbagai keadaan, misalnya;

Santri yang disidang adalah santri yang melaporkan tindakan melanggar aturan santri lain, misalnya mengadu ada santri yang merokok, keluar pesantren tanpa izin, pacaran, mencontek dan lain sebagainya.

Karena kesal, santri yang diadukan kemudian memanggil sang pengadu dimaksud dan melakukan pengadilan kenapa dia tega mengadu kepada bagian keamanan atau ustadz, biasanya sidang gelap ini sang santri yang menyodot atau mengadu akan mendapat hadiah bogem mentah dari beberapa rekannya.

Ada juga sidang gelap ini karena tindakan santri yang diluar batas kewajaran semisal mengompas, menindas santri lain, sehingga santri yang teraniaya beraliansi dan sepakat untuk melakukan “pembinaan” versi mereka sendiri terhadap santri yang model beginian.

Hal lain penyebab terjadinya sidang gelap yaitu adanya banyak kehilangan uang dan barang dari santri dan ada salah seorang santri terindikasi kuat sebagai terdakwa atau bahkan tertangkap sebagai pelaku pencurian, maka tak ayal akan menjadi pelampiasan banyak santri dengan bonus bag big bug.

Masalah kehilangan uang, barang berharga, dan pakaian santri

kehilangan-baju-di-pesantren

Entah kenapa saking banyaknya orang yang belajar di pesantren, ada saja yang kehilangan sandal, akan tetapi kehilangan sandal sudah dianggap hal yang lumrah sehingga di ghasab dipakai untuk kejadian kehilangan sandal.

Akan tetapi bukan problem ini yang dibahas, tapi adanya komplain orang tua mengenai kehilangan pakaian baju seragam sekolah maupun kaos dan busana harian yang membuat pengasuh pesantren agak kerepotan menjawabnya.

Kalau kehilangan pakaian hal ini bisa karena 2 hal yaitu memang hilang karena diambil santri lain, atau santri pemilik pakaian yang teledor dalam merawat pakaian, contoh keteledorannya adalah merendam baju terlalu lama sehingga malu untuk mencuci dan akhirnya dibuang oleh bagian kebersihan.

Atau saat menjemur lupa mengambilnya sehingga jatuh dan terinjak injak dan sudah tidak layak untuk dipakai kembali.

Sedangkan kehilangan uang dan barang berharga semisal sepatu mahal atau barang berharga lainnya, umumnya pencuri akhirnya dapat ditangkap karena jika telah terjadi kehilangan beberapa kali maka santri akan menganalisa kapan dimana dan siapa serta strategi penjebakan.

SPP yang tidak segera dibayarkan

Entah karena gaya hidup atau mengikuti pergaulan temannya, ada kejadian dimana santri telah diberi uang Syahriah untuk dibayarkan akan tetapi malah dipergunakan untuk jalan jalan main atau belanja, padahal pesantren biasanya menghitung cermat dalam pengalokasian dana guna keperluan gaji ustadz, konsumsi santri dan lain sebagainya.

Adanya penyelewengan dana SPP santri akan membuat kerepotan pihak pesantren dan membuat malu orang tua karena disangka uang syahriah belum dibayarkan. Tapi saya juga ingat yang diajak ngobrol dulu juga SPP nya mandeg berbulan bulan hihihii, entah karena memang belum terbayar atau dipinjam dahulu oleh beliaunya 😀 .

Masalah merokok santri

tadkhin

Bagi pesantren yang melarang anak didiknya merokok (ada beberapa pesantren yang tidak melarang santrinya untuk merokok dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, misalnya santri sudah setingkat SMA), maka perilaku menyedot asap ini menjadi masalah.

Menjadi masalah karena pertama ini merupakan aturan pesantren, kedua tentunya dari segi hukum bersifat makruh sampai pada tingkat haram bagi sebagian ulama, dan juga bersifat pemborosan karena harga rokok yang tidak bisa dikatakan murah.

Efek merokok ini bisa mempengaruhi santri yang lain untuk ikut merokok yang berarti turut serta berani melanggar aturan dan juga kecenderungan santri untuk kabur dari kompleks pesantren karena lebih dapat menikmati sigaret dengan lebih tenang.

Itulah hasil obrolan dan juga analisa mengenai problem umum yang dihadapi oleh pengasuh pada sekolah asrama Islam baik itu boarding school, MAPK, ataupun pondok pesantren.

Perilaku berpakaian dan gaya yang kurang pantas bagi santri

Semisal bagi pria berambut gondrong awut awutan, memakai baju yang tidak dikancingkan atau bagi santriwati dengan busana jilboob ketat membentuk body maupun jilbab seksi sehingga tidak memenuhi tata cara berpakaian yang islami.
Termasuk dalam perkataan dan perbuatan yang menjurus kepada bahasa kotor seronok maupun olah tubuh yang mengarah kepada tindakan yang menjurus semisal asusila.

Cara Mengatasi santri nakal pada pondok pesantren

Banyak trik cara dalam meredam perbuatan tidak baik santri berdasarkan pengalaman para ustadz beserta analisa kejadian sebelumnya.

Contoh salah satu penanganan yang lemah lembut berasal dari almarhum Kyai Haji Maimun Zubair, dikutip dari tribunnews jabar bahwa beliau berlaku lemah lembut terhadap santri yang dianggap nakal.

Menurut KH Mustofa Aqiel Siradj, bahwasanya Kyai kharismatik ini justru mendoakan santri yang nakal ini. Sebab santri nakal merupakan ujian bagi orang tuanya, Karena santri nakal perlu didoakan supaya tidak nakal lagi dan menjadi baik.

Dicontohkan jika ada santri yang berambut panjang, mbah Moen justru memintanya untuk sholat disamping beliau. Selesai sholat, KH Maemun mengusap rambut sang santri seraya berdzikir dan berkata,” rambutnya bagus.”

Sedangkan berdasarkan skripsi dari MUHAMMAD AFFAN ISKANDAR NIM:50200112017 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018 dengan judul METODE MUSYRIF DALAM MENGATASI KENAKALAN SANTRI DI PONDOK PESANTRENATTAQWA PUTERA KECAMATAN BABELAN KABUPATEN BEKASI menyimpulkan penangannya sebagai berikut;

Langkah Musyrif dalam mengatasi kenakalan santri pondok pesantren Attaqwa Putra, antara lain:

langkah Previntif,
Represif, dan
Kuratif.

Langkah Preventif, mengadakan seleksi santri baru dan menempatkan santri baru secara terpisah dengan santri lama, menyediakan sarana hiburan berupa televisi, mengadakan tur asrama setahun sekali.

Langkah Represif, memberikan nasehat dan sanksi terhadap santri yang nakal, melakaukan pengawasan secara intensif dengan menempatkan Musyrif disetiap asrama, mengadakan absensi sehari tiga kali, melakaukan bimbingan kelompok, melakukan razia barang dan mewajibkan kepada seluruh 71 santri untuk menitipkan uang kepada Musyrif.

Langkah Kuratif, memberikan bimbingan, nasehat dan sanksi. Apabila santri tidak mengindahkannya maka akan berikan sanksi yang lebih berat hingga mengeluarkan santri dari pondok pesantren.

Itulah taktik yang umum menjadi langkah tindakan dalam menghadapi pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh santri pondok pesantren.

penutup

Jika anda wali santri atau bahkan pengasuh atau musrif asrama, apakah menurut anda situasinya seperti ini? Atau memang menurut anda berbeda berdasarkan analisa atau pengalaman anda?

Monggo silakan untuk corat coret pada kolom komentar guna menambah khazanah pemetaan masalah yang dihadapi oleh pengelola ponpes.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *