Menu Makan Pondok Pesantren irit tapi memenuhi standar gizi

menu makan santri putra
menu makan santri putra

Update artikel lawas karena pernah mendapat komplain dari salah seorang teman yang mengasuh pondok pesantren perihal biaya yang masih lumayan mahal mengenai menata menu makanan santri pondok pesantren yang irit memenuhi kebutuhan gizi.

tapi apa daya memang seperti itulah hasil konsultasi dengan salah satu lulusan Universitas Negeri mentereng di Bali yaitu Univ. Udayana (jangan diplesetkan kayak cak lontong ya, jadi Udahyanak).

akan tetapi saya kira pengaturan ini masih lumayan relevan bagi pesantren dengan biaya minimum dan berusaha untuk memberikan menu makanan yang menyehatkan meski dengan dana minim alias low budget.

pontren.com – Berawal dari mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh IAIN Surakarta di yang mengundang dua tokoh terkenal dari pondok pesantren. Salah satu pembicara adalah KH. Solahuddin Wahid (Gus Solah), Kyai Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Dalam seminar tersebut Gus Solah membicarakan tentang tinggi badan anak – anak pondok pesantren dibandingkan dengan anak seumuran yang berada di sekolah di umum.

Metode yang di gunakan oleh beliau adalah sederhana, dengan cara menelfon kepala sekolah suatu SD yang beliau kenal, kemudian minta tolong data tinggi badan anak-anak di sd tersebut, kemudian setelah di olah sedemikian rupa, dibandingkan dengan tinggi badan anak-anak santri pondok pesantren.

Dari hasil pembandingan data antara santri pondok pesantren dengan siswa sekolah dasar yang di teliti.

Ternyata rata-rata tinggi badan anak-anak murid SD lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian para pencari ilmu di pondok pesantren (tentunya mereka yang seumuran).

Beliau menyebut dengan kata kuntet, yaitu dimana ukuran anak-anak lebih kecil atau pendek dibandingkan dengan ukuran umumnya.

santri belajar di kelas
santri belajar di kelas

Selanjutnya setelah mengetahui adanya kasus kuntet di pondok pesantren, dilihat bagaimana konsumsi serta asupan gizi dari para santri.

Dengan melakukan analisa terhadap makanan dan analisa kadar asupan gizi diambil kesimpulan bahwa ternyata ada kasus dimana kekurangan asupan gizi menyebabkan pertumbuhan secara fisik yang lambat dibandingkan dengan mereka yang terpenuhi kebutuhan vitamin maupun yang lainnya.

Dan normalnya hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan otak.

Mestinya ini adalah kesimpulan umum, bisa jadi ada kasus kasus tertentu yang merupakan anomali kekurangan gizi akan tetapi anaknya bongsor dan cerdas, akan tetapi hanyalah beberapa atau jarang, atau sebaliknya, anak yang gizi cukup tetap mengalami kelambatan pertumbuhan fisik).

Dari kondisi diatas bahwa secara umum, faktor pemenuhan gizi adalah salah satu penunjang dalam perkembangan dan tumbuh anak baik secara fisik dan perkembangan otak.

Oleh karena itu bagi pengelola pondok pesantren (terutama yang kondisi SPP nya sangat terjangkau) diharapkan untuk melakukan strategi guna memenuhi kebutuhan asupan gizi para tolib dengan budget yang minimum.

Pada kasus diatas, dikomentari oleh alumni dari Universitas Udayana bahwasanya hal kondisi kuntet santri terindikasi dengan kurang vitamin, kalsium serta protein.

Sehingga akibat secara pertumbuhan tidak secepat rekan seumuran.

Mestinya jika ingin perubahan situasi, perlu stategi khusus mensiasati keterbatasan dana dan pemenuhan kebutuhan gizi berupa kalsium, vitamin maupun protein.

Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik secara fisik maupun perkembangan otak dengan kondisi keungan yang mepet.

Setelah berkomunikasi dengan salah satu santriah yang pernah mondok di pesantren modern, sekaligus alumni Teknologi pangan pada Universitas Negeri di Provinsi Bali ( Universitas Udayana ).

Akhirnya beliau bersedia untuk menyusun menu makanan 3 kali sehari dalam seminggu dengan kondisi dana minimum untuk pencapaian gizi maksimum.

mayoran santri pondok pesantren
mayoran santri pondok pesantren

Sebelum disampaikan tentang contoh menu makanan bagi santri pondok pesantren, disarankan juga bagaimana pengelolaan dapur dan cara memasak yang higienis dan untuk mencapai gizi yang maksimum pada masakan.

Maksudnya tidak kehilangan nilai gizi pada masakan karena kesalahan dalam durasi memasak maupun penanganannya.

SOP Safety food untuk pondok Pesantren?

Sebenarnya kalau secara SOP safety food, akan sangat banyak sekali hal hal serta point yang harus di penuhi, secara tempat belanja (kalau di tempat kita mungkin bisa pasar atau warung sayur).

Standar mencicipi, kebersihan dan yang lainnya.

Kenyataan dilapangan akan terlalu kesulitan dalam rangka memenuhi secara keseluruhan standar gizi dunia.

Akan tetapi juga akan kurang baik jika meninggalkan semua yang menjadi standar dalam safety food.

Setidaknya hal hal yang bisa di lakukan dalam pengelolaan safety food pada pondok pesantren yang minim dana adalah :

Kondisi dapur lokasi masak dan tempat makan

  • Ruang Makan yang bersih
  • Ruang dapur yang bersih
  • Sirkulasi udara dapur dan tempat makan yang baik

Kebersihan peralatan dapur

  • (Bebas lemak, bau dan kalau bisa peralatan dari steel) Termasuk;
  • pakaian tukang masak yang bersih dan terpelihara dalam penyimpanan (baju, celemek. Dll)

Tukang masak :

  • Cuci tangan cuci kaki
  • Kalau bisa rambut tertutup
  • Jika batuk/bersin memakai masker

Bahan Makanan

  • Bahan Makanan harus dicuci bersih
  • Jika makanan berupa daging/ikan, harus segera di olah

    buah murah menu santri
    buah murah menu santri

Contoh jadwal menu makan seminggu bagi pondok pesantren low budget dengan max gizi

HariSarapanMakan siangMakan malam
SeninSop ceker/tulang sapi/buntut, tempe/tahu goreng, susu kedelaiTumis kangkung, ayam goreng, pepaya,Sayur lodeh, tahu krispy, peyek teri
SelasaSayur bening/bayam, ikan goreng, bakwan sayurSayur nangka, jamur krispy, lele, jerukTumisan, pecak lele, krupuk
RabuTahu goreng berbalur tepung kaya kfcTumis kangkung, ayam goreng, pepaya,Sayur lodeh, tahu krispy, peyek teri
KamisSop ceker/tulang sapi/buntut, tempe/tahu goreng, susu kedelaiSayur nangka, jamur krispy, lele, jerukTumisan, pecak lele, krupuk
JumatSayur bening/bayam, ikan goreng, bakwan sayurTumis kangkung, ayam goreng, pepaya,Sayur lodeh, tahu krispy, peyek teri
SabtuTahu goreng berbalur tepung kaya kfcSayur nangka, jamur krispy, lele, jerukTumisan, pecak lele, krupuk
AhadSop ceker/tulang sapi/buntut, tempe/tahu goreng, susu kedelaiTumis kangkung, ayam goreng, pepaya,Sayur lodeh, tahu krispy, peyek teri

Mungkin agak ribet dengan jadwal diatas dan bisa jadi terpancang dengan hal tersebut.

Akhirnya mencari rumusan supaya bisa menjadi rumusan umum dalam menu. Rumus yang dibuat adalah simpel, yaitu makan 3×7 hari = 21x makan

Dari 21 kali makan tersebut untuk mencapai gizi yang tidak minus kisaran makan yang bisa diberikan adalah =

  • Ayam/lele =   kali
  • Buah (jeruk/pisang/pepaya) = kali
  • Susu kedelai =   kali
  • Bubur kacang hijau =      kali
  • Yang lainnya dengan lauk tahu tempe

Catatan terkait pengaturan menu pada pondok pesantren

Untuk lele atau ayam, bisa di sesuaikan mana yang lebih murah.

Dan disarankan kalau bisa bahan atau susu kedelai lebih sering, karena susu kedelai lebih murah dan bernilai gizi tinggi. Selain itu susu kedelai bisa di produksi sendiri.

lauk pauk lele dan ayam goreng
lauk pauk lele dan ayam goreng

Sedangkan buah pisang, pepaya, atau jeruk kadang harganya bisa terjangkau. Pemilihan ceker dan tulang sapi sebagai pemenuhan kalsium anak anak.

Selanjutnya terkait ikan asin dan telur asin, komentar yang diberikan adalah gereh atau ikan asin berkurang kandungan gizi nya.

Tetapi kandungan yodiumnya naik.

Sehingga baik untuk pertumbuhan otak. Sedangkan telor asin walaupun dimasak secara tertentu, kandungan gizi nya tetap sama seperti telur biasa yang lain.

Dalam kegiatan mengolah makanan, bahwasanya overcook sangat tidak disarankan, terutama dalam memasak sayuran.

Overcook atau terlalu lama dalam memasak bisa mengakibatkan kehilangan nilai gizi dari masakan. Hal ini utamanya dalam sayur hijau.

Jika kondisi kacang hijau sedang terjangkau secara harga.

Akan sangat baik jika sesekali para siswa ponpes diberikan bubur kacang hijau atau apapun terkait kacang hijau.

Jikalau di wilayah pondok pesantren lebih murah ikan lele dibanding daging ayam, kondisi ini lebih bagus, karena ikan lele baik untuk otak dan lemaknya lebih bagus dibanding ayam.

Sebab ini lah orang yahudi banyak makan ikan dibandingkan daging ayam ataupun daging sapi.

Orang Yahudi banyak mengkonsumsi kacang-kacangan, minyak zaitun dan sayur.

Sedangkan kita mengkonsumsi alias makan dari versi murahnya yaitu minyak kelapa (vco).

gizi cukup menjadi penunjang pendidikan
gizi cukup menjadi penunjang pendidikan

Mengurangi santri bosan dengan menu makan secara sirkulasi menu

Supaya anak anak tidak bosan karena menu makan yang monoton, diperlukan taktik dan trik dalam cara mengolah menu yang ada.

Yang dimaksud disini adalah bahan sama dengan penyajian yang berbeda. Contohnya :

bahan tempe, diolah menjadi tempe goreng, tempe orek, sambel tempe, tempe bacem dan yang lainnya.

Bahan Lele : diolah jadi empek, keke goreng, bakso lele dll. Bahan baku tahu : Tahu dicampur dengan sedikit ayam menjadi nugget tahu.

Dengan cara dan taktik sirkulasi menu diharapkan anak anak tidak bosan dengan makanan yang ada dan para santri bisa mendapatkan gizi dari makanan tersebut.

Seperti kata sang konsultan bahwasanya jika tidak dilakukan sirkulasi menu bisa menjadikan darah tinggi.

Misalnya setiap hari menu yang disajikan adalah tempe bacem dalam selama pagi siang dan sore selama satu bulan akan menyebabkan darah tinggi massal di kalangan santri pondok pesantren.

Begitulah sekelumit coretan tentang menu gizi dan bagaimana mengatur low budget dengan usaha mencapai gizi maksimal pada makanan yang di konsumsi santri.

Mungkin masih terasa mahal karena disana ada daging ayam atau ikan lele, akan tetapi minimal bisa mengetahui informasi makanan mana saja yang bisa menunjang kebutuhan vitamin, kalsium maupun protein untuk para santri.

Yang mana nantinya kepada merekalah estafet perjuangan agama dan bangsa diberikan. salam kenal dan wassalaamu’alaikum.

2 pemikiran pada “Menu Makan Pondok Pesantren irit tapi memenuhi standar gizi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *