Persiapan menyekolahkan anak ke Pondok Pesantren

Dengan kesadaran keagamaan yang meningkat dan pergaulan anak-anak yang mengkhawatirkan orang tua, dan juga sadar diri kekurangan waktu dalam rangka pengawasan anak oleh bapak atau ibu menyebabkan pondok pesantren dilirik oleh orang tua untuk melanjutkan pendidikan anak sekolah ke Pondok Pesantren.

untuk di ketahui secara umum pondok pesantren adalah lembaga untuk membentuk anak menjadi manusia yang agamis taat hukum dan berakhlak karimah. Bukan lembaga sarana reparasi atau memperbaiki akhlak yang rusak atau hanya sebagai tempat penitipan anak. Kecuali memang pesantren yang meng khususkan untuk rehabilitasi.

Sebelum melepaskan anak atau calon santri ke pondok pesantren, hal-hal yang perlu dipersiapkan dan ditanamkan serta dibiasakan jauh hari beberapa hal dan dikuatkan sisi pada anak guna kelancaran dan hasil yang baik ketika anak berada di pondok pesantren.

Salah satu hal yang dipertimbangkan untuk disiapkan anak anak adalah :

  1. Pastikan anak tidak dipaksa dan kesadaran sekolah di Pondok Pesantren

Kenapa diperlukan? karena jika anak masuk pondok pesantren dengan terpaksa bukan karena keinginan anak maka akan kesulitan mendapatkan hasil yang baik, yang ada malah anak menjadi badung nakal dan jauh dari budi pekerti yang luhur karena kecewa di paksa sekolah di pondok pesantren, menyangka anak diusir dari orang tua dan memandang orang tua cuci tangan dari tanggungjawab sebagai wali, selain itu kenakalan anak bisa jadi sebagai bentuk protes kepada orang tua dengan sengaja menjadikan dirinya nakal sebagai bentuk kongkrit demo pemaksaan sekolah di pondok pesantren

Baca juga

Hukuman di pondok pesantren
Profesi lulusan pesantren
Alasan santri pindah dari pondok pesantren

2. Belajar Disiplin Sholat dengan Kesadaran

soultanAda yang menyangka bahwa anak-anak yang malas sholat dirumah nanti akan segera baik dalam kedisiplinan sholat di Pondok, Bisa jadi secara ragawi anak-anak akan disiplin ketika di pondok dengan tertib sholat lima waktu di masjid, akan tetapi jika tidak ditanamkan disiplin karena kesadaran maka ketika liburan anak anak akan sholat subuh yang telat, malas ke masjid dan akan mengecewakan rang tua karena bertanya-tanya, anak pondok koq malasnya kayak gini

3. Belajar Mencuci dan disiplin menyimpan barang

IMG-20150208-WA0011Umumnya Pondok Pesantren menyediakan tempat mencuci sendiri, jika anak-anak tidak pernah mencuci sendiri akan sedikit repot ketika awal masuk pesantren, di pihak lain kedisiplinan anak dalam memelihara barang sendiri perlu ditekankan karena banyaknya santri yang mondok sehingga ada satu dua orang anak yang memiliki sifat klepto atau kleptomania. Disisi lain kadang kehilangan barang, misalnya baju, celana,  sandal dan yang lain berasal dari anak sendiri karena kurang disiplin mengambil baju yang jatuh atau malu untuk mencuci kembali.

4. Melancarkan kemampuan baca tulis Al Qur’an/Huruf Hijaiyah

ammar-mengajiKalau sekiranya anak masih belum lancar dalam baca tulis huruf hijaiyah, segera untuk ditingkatkan kemampuannya karena banyak pelajaran yang an sich memakai huruf hijaiyah, sehingga anak akan mengalami beban mental dan tekanan pelajaran jika tidak lancar dalam membaca dan menulis huruf Arab. Ada beberapa santri yang gagal naik kelas bukan karena kemampuan anak secara kecerdasan yang kurang akan tetapi disebabkan kurang kemampuan dalam membaca dan menulis huruf arab. Lazimya kalau bisa membaca huruf arab anak akan dengan sendirinya bisa menulis huruf arab.

5. Disiplin kegiatan rutin bersifat kepondokan

CAM02137Di Pondok Pesantren, secara umum selain sholat wajib lima waktu di masjid, ada waktu reguler (kecuali hari libur) melakukan kegiatan, antara lain kegiatan yang umum dilakukan adalah mengaji ba’da Magrib, mengaji ba’da subuh, belajar di kelas jam 19.30-selesai (biasanya jam 21.30). Jika diniatkan anak melanjutkan studi ke pondok pesantren sebaiknya mulai di lakukan rutinitas seperti mengaji ba’da magrib dan belajar selepas isya’ serta sedikit membuka Kitab selepas subuh. Mengapa sebaiknya dilakukan? supaya anak-anak terbiasa melakukan hal ini tidak kaget ketika di pondok pesantren dan sudah merupakan kebutuhan si anak sehingga rutinitas ini tetap dilakukan selepas lulus dari pondok pesantren.

6. Menanamkan mencari teman yang rajin belajar dan berakhlak yang baik

cuti tahunanMenurut anda anak-anak pesantren semuanya baik? kadang diragukan karena ada beberapa orang tua yang terpaksa menyekolahkan anak ke pesantren karena sudah tidak mampu lagi menasehati atau mendidik anak nya sendiri. Akibat dari hal itu anak yang nakal malah merasa bebas karena di pondok pesantren cenderung mencari teman senasib dalam melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti : Pacaran, Keluar Kompleks pondok tanpa izin, nonton film, merokok dan bahkan perbuatan lain yang saya tidak tega menyebutkan. Dengan ada situasi seperti ini maka sebaiknya ditanamkan pada anak untuk berteman akrab dengan anak yang rajin belajar dan berakhlak karimah, dan tetap menjalin pertemanan dengan siapapun tapi tetap menjaga dari pengaruh yang tidak baik dari rekan yang cenderung badung.

Hambatan dan Kendala

Mungkin pesimis dengan hal diatas? tapi mau bagaimana lagi begitulah secara umum situasi di pondok pesantren, secara umum hambatan yang terjadi adalah :

a. orang tua yang malas dalam mendampingi anak berdisiplin

, kalau ingin anak sholat 5 waktu di masjid, tapi orang tua hanya menyuruh ke masjid tanpa ikut ke masjid maka anak anak akan merasa sangat berat dan sebal ke masjid.

b. mengaji habis magrib dan subuh.

Bentuk fair play membiasakan anak-anak mengaji ba’da magrib lah tanpa ba’da subuh mestinya juga orang tua melakukan. seperti hal di atas, kalau orang tua hanya teriak-teriak menyuruh sepertinya yang terjadi adalah saling teriak dan anak lebih keras dalam membantah

c. Belajar sehabis isya.

Nah ini yang susah bagi ibu ibu penggemar TV, waktu yang bagus untuk melihat televisi disaat banyak kerjaan sudah selesai, bagaimana mau mendisplinkan anak belajar selepas isya ketika ayah ibu nya asyik melihat TV? ada baiknya ayah ibu nya mengganti kegiatan nonton TV dengan kegiatan membaca atau menulis guna mendampingi anak belajar. Kapan nonton TV? ya nanti kalau anaknya sudah mondok 😀 .

d. Menyuruh anak dengan berteriak tanpa contoh yang nyata.

Kadang karena jengkel sebal anak tidak nurut menjadikan nada suara meninggi bahkan sampai mengucapkan kata yang bikin sakit hati si buah hati, ada yang beralasan karena sayang makanya marah marah. sepertinya memberi contoh yang baik dan selanjutnya mengingatkan dengan lemah lembut akan lebih berhasil daripada dengan teriak teriak yang bikin anak mengikuti gaya kita berteriak.

e. mungkin mudah menulis diatas.

banyak juga yang bilang tak semudah diucapkan. Memang bukan hal yang mudah, akan tetapi juga tidak baik juga kalau sudah pesimis sebelum mencoba. Kenapa perlu di praktekkan dan dicoba? karena memang kalau di lakukan sepertinya akan lebih baik untuk anak-anak dan orang tua nya. Bukan bermaksud menggurui atau menasehati, cuma sekedar menganalisa apa yang sebaiknya dilakukan. Jika ada yang tidak setuju silakan di tulis di kolom komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *